BANDA ACEH – Aceh memiliki identitas menjalankan syariat Islam akan semakin kuat kelak dengan dikonversinya Bank Aceh dan Bank Perkreditan Rakyat Mustaqim Sukamakmur menjadi Bank Syariah. Masyarakat Aceh yang religius menjanjikan potensi pertumbuhan ekonomi syariah di Aceh lebih pesat dibanding tempat lain.
Demikian disampaikan Anggota DPRRI dari Komisi XI, H Muslim Ayub, SH., MM, saat menjadi pembicara di seminar nasional Kesiapan Perbankan Aceh dalam Menghadapi Ekonomi ASEAN di gedung New Zealand Unmuha, Selasa, 29 Maret 2016. Kegiatan ini diselenggarakan oleh CSR Institute Universitas Muhammadyah Aceh bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kalau ekonomi syariah kuat, rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari MEA,” ujar Muslim Ayub.
Kegiatan ini dihadiri oleh 120 peserta dari berbagai macam kalanagan, baik pengusaha, perbankan, akademisi dan mahasiswa. Acara yang dimulai pukul 09.00 tersebut turut menghadirkan dua pembicara, yaitu Achmad Wijaya Putra selaku Kepala OJK Provinsi Aceh serta Haizir Sulaiman dari Bank Aceh.
Pemberlakuan MEA bertujuan untuk meningkatkan daya saing negara-negara Asia Tenggara supaya bisa satu level dengan Tiongkok dan India dalam rangka menarik investasi asing. Masuknya modal asing dalam industri jasa keuangan, tentunya akan banyak menimbulkan dampak dalam pertumbuhan ekonomi. Namun, perlu sebuah lembaga yang kredibel yang dapat mengatur dan mengawasi lalu lintas modal dan investasi tersebut.
Sejak 2011, OJK menggantikan peran Bank Indonesia mengatur dan mengawasi bank serta konsumen industri jasa keuangan.
“OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, hingga pemberian sanksi,” kata Muslim Ayub dalam sambutannya.
Sementara itu, Achmad Wijaya Putra memaparkan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dalam menghadapi MEA. Menurutnya Indonesia menjadi sasaran utama serta pasar yang potensial bagi negara lainnya di ASEAN.
“Terlebih lagi budaya konsumtif masyarakat kita akan dimanfaatkan semaksimalnya oleh negara ASEAN lainnya,” ujar Achmad Wijaya.
Dalam menghadapi MEA, salah satu kebijakan OJK adalah pengembangan di daerah.
“Kita melakukan transformasi perbankan salah satunya dilakukan oleh bank Aceh menjadi bank syariah. Tujuannya untuk memperkuat ketahanan dari sisi modal, sumberdaya manusia juga memperkuat produk perbankan. Harapannya Bank Aceh menjadi salah satu pemain di daerah kita dan juga ke pasar ASEAN. Apalagi geografis Aceh berdekatan dengan negara tetangga lainnya seperti Singapore, Malaysia, dan Thailand,” kata Kepala OJK Aceh ini.
Pemateri dari Bank Aceh, Haizir Sulaiman juga menyampaikan tantangan perbankan di Indonesia, yaitu tingginya suku bunga. Dia berharap suku bunga dapat turun ke satu digit.
Dalam pemaparannya, Haizir mencontohkan jumlah deposito perbankan di Indonesia mencapai 5000 T. Tapi, 3000 T dimiliki oleh sedikit orang yang jumlahnya hanya 1 persen, selebihnya 2000 T dimiliki oleh 99 persen orang Indonesia. Akibatnya suku bunga ini sangat dipengaruhi oleh sedikit orang tersebut.
“Ekonomi syariah memang lebih clear dibandingkan dengan konvensional, semoga menjadi kenyataan. Harapan kita semua, semoga bank Aceh atau perbankan lainnya bisa berkontribusi dengan pembangunan bahkan bisa meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan rakyat Aceh,” katanya.
Sumber :
Ekonomi Islam Salah Satu Solusi Menghadapi MEA
http://portalsatu.com/berita/ekonomi-islam-salah-satu-solusi-menghadapi-mea-9026